-->

Teori Gereja dan Iman Kristiani

Pengertian Gereja
Gereja telah ada sejak jaman rasul-rasul mendapatkan perintah dari Tuhan untuk menyebarkan kabar sukacita dan menjadikan semua bangsa sebagai muridNya. Gereja mula-mula saat itu merupakan sekumpulan orang percaya yang bersekutu untuk beribadah kepada Tuhan. Dengan adanya perkembangan gereja yang semakin luas pada setiap jamannya, maka kemudian gereja dibagi kedalam wilayah-wilayah dan tempat yang tetap untuk beribadah, dari hal itu kemudian berkembanglah pengertian akan sebuah gereja, berbagai pengertian dan pemaknaan tersebut sebenarnya menuju kepada esensi yang sama secara non fisik mengenai arti gereja tersebut.

Dalam perkembangannya, secara fisik orang mengenal gereja sebagai sebuah bangunan tempat umat Kristiani berkumpul untuk beribadah. Sebenarnya bangunan gereja tersebut merupakan representasi makna dari gereja sebagai jemaat yang dinaunginya. Tetapi kemudian pada perkembangan selanjutnya gereja hanya dianggap sebagai sebuah bangunan saja, dan hanya sedikit orang yang mengetahui makna dan arti dari gereja yang sebenarnya. Dilihat dari asal usulnya Gereja dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari Bahasa Portugis “igreja”. Dalam Bahasa Portugis merupakan serapan dari Bahasa Latin yang diserap pula dari Bahasa Yunani “ekklêsia” yang berarti dipanggil keluar (ek = keluar; klesia dari kata kaleo = memanggil). Jadi ekklesia berarti kumpulan orang yang dipanggil ke luar (dari dunia ini) untuk dapat memuliakan nama Allah. Dalam perkembangannya, seperti yang telah disinggung sebelumnya gereja dalam Bahasa Indonesia memiliki beberapa arti:
  1. Arti pertama ialah “umat” atau lebih tepat persekutuan orang Kristen. Arti ini diterima sebagai arti pertama bagi orang Kristen. Jadi, gereja pertama-tama bukan sebuah gedung.
  2. Arti kedua adalah sebuah perhimpunan atau pertemuan ibadah umat Kristen. Bisa bertempat di rumah kediaman, lapangan, ruangan di hotel, atau pun tempat rekreasi. Jadi, tidak melulu mesti di sebuah gedung khusus ibadah.
  3. Arti ketiga ialah mazhab (aliran) atau denominasi dalam agama Kristen. Misalkan Gereja Katolik, Gereja Protestan, dll. d. Arti keempat ialah lembaga (administratif) daripada sebuah mazhab Kristen. Misalkan kalimat “Gereja menentang perang Irak”.
  4. Arti terakhir dan juga arti umum adalah sebuah “rumah ibadah” umat Kristen, di mana umat bisa berdoa atau bersembahyang. Gereja (untuk arti pertama) terbentuk 50 hari setelah kebangkitan Yesus Kristus pada hari raya Pentakosta, yaitu ketika Roh Kudus yang dijanjikan Allah diberikan kepada semua yang percaya pada Yesus Kristus. Dalam Alkitab Perjanjian Baru kata gereja dipakai untuk menggambarkan sifat-sifat gereja (jemaat) tersebut. Dapat diketahui beberapa macam sebutan gereja tersebut antara lain:
  • Gereja Universal Gereja Universal adalah gereja yang terdiri dari semua orang yang memiliki hubungan pribadi dengan Yesus Kristus. Di sini digambarkan bahwa seluruh jemaat yang percaya dan mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat adalah bagian dari gereja universal tersebut, sehingga tidak ada perbedaan diantara tiap-tiap anggota gereja karena Kristus telah menjadi pemersatu jemaat-jemaat tersebut. Gambaran mengenai Gereja sebagai Gereja Universal dapat ditemukan dalam kitab 1 Korintus 12:13-14 “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh…”
  • Gereja Lokal Gereja Lokal adalah perkumpulan/kelompok orang yang bertemu dalam sebuah tempat/lokasi secara khusus. Gereja lokal merupakan bagian dari Gereja Universal. Dalam Perjanjian Baru, yang dimaksud Gereja Lokal yaitu jemaat-jemaat di masing-masing kota pada jaman Perjanjian Baru. Beberapa tulisan Paulus dalam Perjanjian Baru merupakan surat kiriman kepada beberapa jemaat lokal, antara lain jemaat yang berada di Roma, Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, Tesalonika. Berea, Tiatira, dll. Seperti dicontohkan dalam kitab Galatia 1:1-2 “Dari Paulus, seorang rasul, ... dan dari semua saudara yang ada bersama-sama dengan aku, kepada jemaat-jemaat di Galatia.”.
  • Gereja sebagai Sebuah Perhimpunan/Perkumpulan Gereja sebagai perhimpunan/perkumpulan dimaksudkan sebagai perhimpunan dari individu-individu untuk suatu tujuan. Hal ini dapat dilihat dalam kitab 1 Korintus 11:18 “…bahwa apabila kamu berkumpul sebagai jemaat…” Gereja yang sudah ada sejak berabad-abad lamanya telah memiliki banyak sekali perkembangan, dari hal tersebut maka sangatlah mungkin terjadi pergeseran-pergeseran makna, tata cara bahkan esensi gereja itu sendiri. Dari perjalanan perkembangan gereja tersebut didapat beberapa pergeseran makna yang sebenarnya bukan merupakan makna yang sesungguhnya dari gereja, tetapi hal ini telah ada dan mengakar pada masyarakat diseluruh dunia bahkan kemudian lebih dikenal sebagai arti sebenarnya mengenai gereja. Beberapa pergeseran makna yang merupakan pandangan yang salah tentang pemaknaan gereja antara lain:
  • Gereja adalah Gedung/Bangunan Pandangan gereja adalah sebuah gedung/bangunan merupakan pandangan yang salah yang paling banyak dimengerti oleh setiap orang tetang arti gereja. Pandangan tersebut sudah mengakar di hati banyak orang baik itu non Kristen, denominasi bahkan kalangan gereja Tuhan sendiri. Bila melihat definisi dari kata Ekklesia, jelas bahwa gereja itu tidak ditujukan kepada bangunan fisik. Gereja adalah bait Allah yang tidak dibuat dengan tangan manusia (1 Korintus 3:16, 17; Kisah Rasul 7:48). Gereja adalah rumah tetapi bukanlah bangunan. Gereja adalah rumah tempat Allah bertahta. Gereja adalah keluarga Allah yang dibangun atas landasan batu yang hidup yaitu Yesus Kristus. Jadi jika berbicara tentang gereja, maka yang dimaksud adalah manusianya baik secara universal, lokal maupun individual. Pandangan yang mengatakan bahwa gereja adalah bangunan sebuah pandangan yang salah dan keliru. Bangunan itu adalah tempat ’gereja’ berbakti atau bertemu. Bangunan hanya mengekspresikan ‘gereja’ yang adalah jemaat itu sendiri.
  • Gereja adalah Denominasi Gereja bukanlah denominasi. Denominasi sendiri berarti pembagian sekte secara keseluruhan. Jika dilihat dari sudut pandang Alkitab hal ini sama saja dengan perpecahan. Pembagi-bagian denominasi ini bukan merupakan sifat dari gereja karena gereja adalah satu dan tidak dapat dipisah-pisahkan, walaupun gereja secara fisik terpisah-pisah tetapi gereja tetaplah merupakan satu kesatuan di dalam Kristus. Kristus itu adalah satu dan tidak pernah dibagi-bagi (1Korintus 1:10). Denominasi tercipta atas dasar pemikiran manusia dan dengan memakai nama kelompok atau golongan. 

Gambaran Gereja Secara Rohani
  1. Gereja sebagai Kerajaan (Kingdom) Gereja sebagai Kerajaan menunjukkan sifat pemerintahan dalam gereja, pemerintahan gereja itu bersifat monarkhi absolut maksudnya hanya ada satu raja yaitu Kristus (Matius 28:28). Seperti pada suatu sistem kerajaan yang didalamnya terdapat raja, rakyat, hukum, teritori, hukuman bagi yang melanggar dan berkat bagi yang taat, begitulah gereja digambarkan secara rohani. Bentuk suatu kerajaan didasarkan pada tatanan hirarki dengan raja sebagai hirarki tertinggi, sehingga dalam Gereja posisi Tuhan adalah raja, yang ditinggikan oleh rakyat (umatnya).
  2. Gereja sebagai keluarga Allah (God’s Family) Gereja secara keseluruhan adalah membawa umat manusia untuk berkumpul bersama sebagai keluarga Allah1 . Seperti selayaknya sebuah keluarga, disini gereja digambarkan memiliki keterkaitan hubungan antar anggotanya seperti hubungan satu sama lain dalam keluarga sebagai saudara. Dengan baptisan air dan roh yang seturut dengan Firman Allah (Yohanes 3:3) jemaat dilahirkan dengan pemberitaan injil yang menjadikan setiap jemaat merupakan satu keluarga. Gereja disebut keluarga Allah, menunjukkan hubungan yang tidak terpisahkan satu sama lain, tidak merasa asing antara satu dengan yang lain. Dalam keluarga, anggota merasa terbebas dari tekanan, dan memiliki ikatan yang kuat.
  3. Gereja sebagai Tubuh (Body) Gereja sebagai Tubuh menekankan hubungan di antara anggota tubuh (Roma 12:4, 5; 1 Korintus 12:12). Sama seperti tubuh secara fisik gereja memiliki fungsi tertentu untuk dilaksanakan2 , tubuh gereja memiliki satu kepala yang adalah Kristus dan anggota-anggota tubuh sebagai jemaatnya. Satu fakta mendasar dari gereja sebagai tubuh adalah dimana tubuh itu hanya bisa digerakkan dan diarahkan oleh kepala. Tubuh harus dapat selalu bekerja sama sehingga apa yang menjadi tujuan yang telah direncanakan oleh kepala dapat dilaksanakan dengan baik. Peran dari kemampuan masing-masing anggota tubuh sangat menentukan tercapainya tujuan tersebut.
  4. Gereja sebagai rumah Allah (God’s Temple) (1 Korintus 3:16) Sebagai rumah Allah, gereja mengindikasikan suatu kesucian, yaitu kesucian gereja sebagai sebuah rumah suci karena Allah yang Maha Suci bertahta dalam tempat yang suci. Firman Allah akan menjaga dan memelihara kesucian rumah Allah. Seperti dalam Perjanjian Lama, Allah telah menentukan imam-imam Lewi untuk melayani di rumahNya dan saat ini tentunya semua orang Kristen adalah imam yang berhak melayani Allah dalam rumah Allah.
  5. Gereja sebagai Tiang Penopang Kebenaran (Pillar and Ground of the Truth) “Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran” (1 Timotius 3:15). Dari ayat diatas dapat diketahui bahwa Gereja sebagai tiang penopang kebenaran memiliki tanggung jawab untuk memberitakan dan mempertahankan kebenaran (kebenaran firman Allah) sehingga visi dan misi gereja yang diimpartasikan ke jemaat dapat dipahami oleh setiap orang dan terwujud. 

Kesimpulan Pandangan Terhadap Esesnsi Gereja
Jika dilihat dari gambaran pandangan dan esensi secara menyeluruh tentang gereja seperti yang dipaparkan diatas dapat diketahui bahwa arti gereja adalah jemaat itu sendiri, bukan saja jemaat secara fisik (tubuh yang berkumpul untuk beribadah) saja melainkan juga jemaat dalam artian keseluruhan (tubuh, jiwa dan roh) yang melakukan aktivitas dan kehidupan Kristiani. Aktivitas dan kehidupan Kristiani itu ditujukan kepada Allah sebagai pusat aktivitas jemaat tersebut, sedangkan jemaat sendiri adalah sebagai pelaku dari aktivitas tersebut.

Pada setiap aktivitas Kristiani terdapat 2 pelaku utama yang menjadikan aktivitas tersebut berjalan dan menjadi ’hidup’. Kedua pelaku tersebut adalah jemaat dan Allah itu sendiri. Jemaat disini terdiri dari sekumpulan / sekelompok orang yang melakukan aktivitas beribadah. Jemaat tersebut dalam melakukan aktivitasnya haruslah memiliki kelengkapan bagian-bagiannya yang terdiri dari umat, pemimpin serta pelayan Tuhan. Umat tersebut dalam melakukan aktivitasnya dipimpin oleh seorang pemimpin rohani (pendeta, rohaniwan, dsb) dan dalam menjalankan aktivitas tersebut kemudian bersama-sama dibantu oleh para pelayan Tuhan.

Allah yang menjadi pusat dari aktivitas Kristiani juga memegang peran penting dalam kehidupan aktivitas tersebut, karena Allah menjadi penentu dari ’hidup’nya sebuah aktivitas jemaat tersebut. Allah merespon setiap aktivitas jemaatNya dalam wujud kehadiran Allah ditengah-tengah jemaat. Kehadiran Allah tersebut berupa Roh Kudus yang memberikan pengalaman pribadi kepada masing-masing jemaat. Dengan adanya respon timbal balik antara jemaat dan Allah dalam sebuah aktivitas Rohani Kristen tersebut maka gereja akan menjadi sebuah keutuhan, yaitu keutuhan sebagai sebuah kerajaan dimana jemaat adalah rakyat dan Allah adalah Raja, sebagai sebuah tubuh dimana jemaat sebagai tubuh dan Allah adalah kepala, sebagai sebuah keluarga dimana jemaat adalah mempelai wanita dan Allah adalah mempelai pria, dan sebagai rumah Allah dimana jemaat adalah rumah dan Allah yang bertahta dan tinggal didalamnya. Dari hal tersebut kemudian barulah gereja secara keseluruhan dapat menjalankan fungsi dan perannya di dunia ini, yaitu sebagai jemaat Allah yang dipanggil keluar dari dosa dan hidup dalam kekudusan serta dipanggil keluar untuk memberitakan kabar baik kepada semua orang.

Ibadah dan Iman Kristiani
Pengertian Ibadah dan Iman Kristiani
Menurut kepercayaan dan Iman umat Kristiani ibadah adalah segala aktivitas, perbuatan, perkataan dan pikiran yang ditujukan demi kemuliaan nama Kristus dan dapat mengusir iblis. Sehingga pengertian ibadah yang hanya merupakan suatu aktivitas Kristiani di dalam sebuah bangunan gereja bukanlah pengertian yang benar. Aktivitas-aktivitas tersebut merupakan bagian-bagian dari ibadah yang menjadi wujud ucapan syukur jemaat dan terekspresikan melalui pujian dan penyembahan kepada Tuhan. Gereja Kristiani percaya bahwa di dalam setiap perayaan ibadah Allah hadir bersama-sama dengan gerejaNya dan bertahta di atas pujian umatNya. Aktivitas ibadah Kristiani biasa terbagi menjadi dua bagian, yaitu Pujian dan Penyembahan dan Khotbah. Pujian dan Penyembahan mempunyai makna bahwa gereja memberikan ungkapan iman dan syukur kepada Tuhan melalui nyanyian, tari-tarian, dan doa. Sedangkan Khotbah memiliki makna bahwa Tuhan berbicara kepada gerejaNya melalui Pengkhotbah/Pendeta dalam penyampaian firmanNya. Makna secara keseluruhan dari ibadah dalam Kristiani adalah suatu wujud hubungan antara Tuhan dengan Gereja, hubungan ini bersifat dua arah sehingga ibadah ini juga merupakan komunikasi Tuhan dan jemaatNya.

Komunikasi ini memberikan pengalaman religius yang suci. Kata religius berhubungan dengan kata religare, bahasa Latin yang berarti mengikat, sehingga religius berarti ikatan. Jadi ibadah bukan hanya sebagai pengalaman filosofis dan intelektual semata, tetapi juga melibatkan perasaan dan tindakan manusia dalam ikatan hubungannya dengan Tuhan. Ibadah yang dilakukan oleh Gereja tersebut ada karena iman atau kepercayaan jemaat kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Iman ini merupakan pengakuan seluruh jemaat Kristus bahwa Yesus-lah jalan keselamatan dan hidup dan hanya melalui Yesus-lah umat manusia dapat diselamatkan dari dosa dan maut. ”Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” Ibrani 11:1. Dari pengertian Iman seperti yang terdapat dalam Alkitab Perjanjian Baru dapat diketahui bahwa iman adalah hal yang paling mendasar dari kehidupan umat Kristiani. Iman kepada Kristus merupakan inti Kristiani itu sendiri.

Pujian dan Penyembahan (Praise and Worship)
Seperti yang telah diungkapkan diatas, bahwa kegiatan Pujian dan Penyembahan (Praise and Worship) dalam ibadah Kristiani merupakan bagian yang utama bahkan memiliki ukuran yang sama dengan Khotbah, maka hal inilah yang menjadi poin paling penting yang menjadi salah satu aktivitas utama gereja Kristiani. Dalam Pujian dan Penyembahan jemaat berusaha berhubungan langsung dengan Tuhan. Disini tugas bagi pelayan-pelayan Tuhan untuk dapat membantu jemaat agar lebih mudah berhubungan dengan Tuhan, Team PW (Praise & Worship) berperan besar disini. Team PW tersebut terdiri dari seorang WL (Worship Leader), para pemusik dan beberapa penyanyi 

(singer). Dikarenakan sifat jemaat yang aktif pada saat Pujian dan Penyembahan maka jemaat-lah yang kemudian membentuk pola-pola Pujian dan Penyembahan tersebut menjadi sesuatu yang menarik yang menyenangkan hati Tuhan. Pujian dan Penyembahan sebagai ucapan syukur terbentuk melalui nyanyian (suara), tari-tarian (gerak) dan doa jemaat. Bentukan pola-pola Pujian dan Penyembahan ini kemudian dapat diketahui melalui ekspresi jemaat seperti yang juga tertulis dalam Alkitab mengenai wujud Pujian dan Penyembahan jemaat melalui istilah-istillah dalam Pujian dan Penyembahan.

a. Pengertian Ucapan Syukur, Pujian dan Penyembahan ;
  1. Pengertian Ucapan Syukur Ucapan syukur adalah respon jemaat terhadap anugerah/ karunia Allah dalam kehidupan jemaat. Biasanya dilakukan secara pribadi. Dalam bahasa Gerika kata syukur disebut Kharis, yang berarti karunia/anugerah.
  2. Pengertian Pujian Pujian adalah cara/tindakan untuk mengagungkan, membesarkan dan memuliakan Tuhan atas apa yang telah, sedang, dan akan Tuhan perbuat dalam hidup jemaat6 . Pujian adalah sebuah tindakan kemauan, dari hal ini pujian harus berfungsi menurut kehendak dan bukan emosi. Jemaat harus mau dan memutuskan untuk tetap memuji Tuhan walaupun dalam keadaan tidak senang untuk melakukannya, jadi pujian tidak didasarkan oleh keadaan yang sedang menimpa jemaat melainkan didasarkan pada kebesaran Tuhan. Fokus atau arah pujian dibagi menjadi dua yaitu bersifat vertikal, yaitu pujian pengagungan, sesuatu yang langsung ditujukan kepada Tuhan dan bersifat horizontal, sesuatu yang diungkapkan kepada orang lain tentang Tuhan.
  3. Pengertian Penyembahan Penyembahan adalah ekspresi hati (bukan emosi) dalam wujud kasih dan pemujaan sebagai hasil dari suatu hubungan, dengan sikap dan pengakuan akan kepribadian dan ke TuhananNya. Penyembahan bukanlah musik, tetapi musik dapat dipakai untuk mengekspresikan kasih dalam penyembahan. Penyembahan dalam Kristiani adalah sebuah hubungan antara Roh jemaat dan Roh Allah yang saling memberi respon. Penyembahan adalah menikmati pribadi Allah itu sendiri. Saat menyembah Tuhan menyatakan setiap rencanaNya dalam masing-masing individu jemaatNya, dan semakin diubahkan serupa dengan Tuhan.
b. Istilah-Istilah Pujian dan Penyembahan
Untuk mengetahui bentuk-bentuk dari Pujian dan Penyembahan umat Kristiani, dapat dilihat istilah-istilah Pujian dan Penyembahan yang terdapat dalam Alkitab. Istilah-istilah tersebut diambil dari bahasa asli Alkitab (bahasa Ibrani, dan Yunani/Gerika) seperti yang dipaparkan ulang dari ”Handbook of Ministry Departemen Praise and Worship GBI Aletheia”

c. Tujuan Pujian dan Penyembahan
Dengan sifat pujian dan penyembahan yang dimulai dari tindakan jemaat terhadap suatu bentuk religinya baik kepada Tuhan maupun kepada sesama, maka pujian dan penyembahan memiliki beberapa tujuan, seperti yang dipaparkan ulang dari ”Handbook of Ministry Departemen Praise and Worship GBI Aletheia”, yaitu:
  1. Aspek Vertikal Dalam aspek vertikal tujuan pujian dan penyembahan adalah untuk melayani Tuhan, memberkati Tuhan dan memuliakan Tuhan. Tujuan ini kemudian lebih khusus ditujukan untuk menyediakan tempat persemaian untuk mengoperasikan karunia-karunia rohani dan untuk membuka komunikasi antara Tuhan dengan jemaatnya (Bapa - anak).
  2. Aspek Horizontal Aspek horizontal sebagai tujuan pujian dan penyembahan 
  3. Aspek Kedalam (hati individu) Tujuan pujian dan penyembahan ke dalam
Kesimpulan Pujian dan Penyembahan dalam Ibadah Kristiani 
ari paparan mengenai ibadah dan iman Kristiani diatas, dapat diketahui bahwa antara ibadah dan iman memiliki keterkaitan yang erat dan tak terpisahkan. Ibadah adalah merupakan wujud nyata dari iman kepada Tuhan, dan didalam ibadah terdapat pujian dan penyembahan yang merupakan cara yang lebih spesifik lagi dari ibadah secara keseluruhan. Wujud ibadah dalam bentuk pujian dan penyembahan merupakan bentuk yang secara Roh diterima oleh Tuhan sebagai suatu pernyataan iman dan ucapan syukur, dan wujud ini juga diungkapkan secara fisik yang dapat diterima oleh indera manusia, sehingga wujud ibadah dalam Kristiani merupakan suatu ibadah totalitas yang menyentuh ke semua aspek, Allah secara Roh yang berhubungan langsung dengan setiap hati individu (keterkaitan aspek vertikal – aspek kedalam) serta hubungan keterikatan sesama dengan masing-masing hati individu jemaat gereja (keterkaitan aspek horizontal – aspek kedalam) yang terwujud secara fisik melalui ekspresi pujian dan penyembahan.

Bentuk-bentuk pujian dan penyembahan yang terdapat dalam istilah-istilah diatas memiliki penekanan yang berbeda-beda tetapi ada ikatan diantara masing-masing istilah tersebut yang menjadikannya suatu kesatuan. Barak yang menekankan suatu keheningan, berhubungan dengan pengakuan hati dalam keheningan tentang kebesaran Tuhan, kemudian hal itu terwujud dalam tindakan fisik sebagai ungkapan syukur melalui bentuk Towdah, sebuah rasa syukur dari hati yang muncul tanpa melihat keadaan disekeliling maupun keadaan yang menimpa jemaat tersebut. Towdah tersebut kemudian sangat erat hubungannya dengan Yadah sebagai wujud ungkapan fisik rasa syukur melalui penggunan tangan (mengangkat tangan) dan kemudian ekspresi tersebut selanjutnya mengungkapkan sebuah penyerahan diri masing-masing individu jemaat kepada Tuhan. Ketiga bentuk pujian tersebut (Barak, Towdah dan Yadah) merupakan bentuk pujian yang lebih diwujudkan melalui pengakuan hati, ekspresi di dalam, penggunaan ekspresi fisik sangat sedikit ditekankan, tetapi ekspresi fisik tersebut (mengangkat tangan) merupakan wujud pujian yang dapat dilihat dari istilah-istilah pujian tersebut, Pujian jenis ini merupakan pujian yang masih erat berhubungan dengan penyembahan, hubungan tersebut merupakan hubungan antara Barak -Shachah -Proskuneo yang kemudian berhubungan dengan Latreuo. Pujian Barak dan istilah-istilah Penyembahan memiliki keterkaian filosofi yaitu arti kata Barak-lutut dengan arti kata Shachah-tersungkur, Proskuneo-membungkukan badan dan kemudian semuanya merupakan espresi dari seorang hamba-Latreuo.

Tinjauan Umum Perkembangan Jenis Gereja Gereja awal mula memiliki satu ajaran yang sama, namun seturut perkembangan jaman, tujuan dan motivasi jemaatnya menjadi beraneka ragam sehingga timbullah bermacam-macam visi dan misi yang berbeda. Hal tersebut menyebabkan adanya pembedaan dalam pengajarannya dimana ajaran-ajaran tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan oleh kelompok jemaat dalam Gereja-Gereja. Di Indonesia banyak sekali jenis-jenis Gereja. Pada umumnya Gerejagereja di Indonesia dapat dibagi ke dalam tiga atau empat aliran utama, yaitu Gereja Katolik Roma, Gereja-gereja Protestan dan sekarang hadir pula Gereja Ortodoks. Gereja-gereja Pentakosta kadang-kadang digolongkan terpisah dari Gereja-gereja Protestan. Karena latar belakang penjajahan Belanda, Gereja-gereja Protestan di Indonesia kebanyakan berlatar belakang Calvinis. Namun Gereja-gereja ini pada umumnya terbagi-bagi ke dalam kelompok-kelompok suku dan regional, misalnya GBKP, GKI, GKJW, GMIM dan lain-lain. Ada pula Gereja-gereja Lutheran yang pada umumnya terkonsentrasi di Sumatera Utara, dan merupakan hasil misi dari Jerman, seperti Gereja HKBP, GKPI, GKPS, BNKP dan lain-lain. Karena pengaruh gerakan misi dari Amerika Serikat, sejak akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, hadir pula di Indonesia Gereja-gereja yang berasal dari negara tersebut, seperti Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, Baptis, Pentakosta, Karismatik dan lain-lain. Selain dikarenakan aliran pengajaran yang berbeda-beda, pembagian gereja-gereja tersebut juga dikarenakan perbedaan liturgi atau tata cara ibadah. Baik yang sangat ketat (begitu runtut dan mengikuti aturan) hingga yang sangat fleksibel (bebas mengikuti keinginan Tuhan saat itu). Tata cara ibadah tersebut juga mempengaruhi bagaimana cara umat mengeskpresikan diri, baik ekspresi bersama (warna dalam ibadah) maupun ekspresi individu terhadap kebaikan dan kemuliaan nama Tuhan. 

Tinjauan Umum Perkembangan Fungsi Gereja
Saat ini sebuah bangunan Gereja tidak lagi dimanfaatkan hanya sebagai tempat peribadahan umat Kristiani pada hari Minggu saja. Banyak kegiatan ibadah yang berlangsung di Gereja hampir setiap harinya, sehingga tidak ada lagi anggapan bahwa Gereja tutup selain hari Minggu. Perkembangan tersebut membuat para jemaat dapat lebih sering berkomunitas dengan sesama, sehingga satu sama lain dapat saling membangun dan menguatkan. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain adalah : 
  1. Ibadah Raya (Kebaktian Umum) Ibadah Raya merupakan ibadah yang diawali dengan melakukan nyanyian pujian dan penyembahan kepada Tuhan. Nyanyian pujian dan penyembahan ini dikenal dengan Praise & Worship. Praise & Worship dipimpin oleh seorang WL (Worship Leader) dan diiringi oleh team PW (Praise & Worship) yang terdiri dari singer dan tim pemusik. Setelah pujian dan penyembahan dinaikan bagian Tuhan untuk menentukan bagaimana selanjutnya dengan memberi hikmat kepada pendeta yang memimpin ibadah tersebut, apakah dilanjutkan dengan penyampaian firman Tuhan kepada jemaat atau diadakan Altar Call, atau bahkan terjadi suasana yang tak terduga, dimana semuanya tergantung kepada kehendak Tuhan pada saat itu. Pada Ibadah raya ini jemaat yang beribadah bersifat heterogen, dari remaja hingga yang berusia lanjut. Ibadah Raya dilaksanakan pada hari Minggu dan terdapat pula pada hari Sabtu. 
  2. Ibadah Youth Ibadah Youth juga tidak jauh beda esensinya dengan Ibadah Raya, hanya karena jemaat yang beribadah semua terdiri dari anak muda maka Praise & Worship dengan menggunakan lagu-lagu beritme cepat dan bersemangat. Jika ada penyampaian firman Tuhan, firman Tuhan yang disampaikan pun berbeda dengan firman yang disampaikan pada Ibadah Raya, firman di Ibadah Youth lebih kearah lika-liku kehidupan remaja. Ibadah Youth dapat dilaksanakan pada akhir pekan seperti hari Jumat atau Sabtu.
  3. Sekolah Minggu Di Sekolah Minggu anak-anak berusia dibawah 14 tahun diajak untuk melakukan ibadah yang serupa dengan Ibadah Raya namun dengan menggunakan lagu rohani anak-anak dan juga masih dalam bimbingan kakak-kakak pembimbing Sekolah Minggu. Ibadah Sekolah Minggu diadakan bersamaan dengan Ibadah Raya, ketika orang-orang tua beribadah maka anak-anak dapat ‘dititipkan’ kepada kakak pembimbing untuk dapat mengikuti ibadah.
  4. Cell Group Setelah pada hari Minggu atau Sabtu mendengarkan firman Tuhan saat Ibadah Raya, maka ada kalanya diadakan sharing mengenai pertanyaanpertanyaan yang timbul. Cell Group inilah wadah untuk mensharingkan firman Tuhan dan berkomunitas. Dengan berkomunitas jemaat dapat saling membangun satu sama lain dan dapat saling menguatkan ketika terdapat banyak masalah.
  5. Pertemuan Pengerja Pertemuan Pengerja gereja diadakan tergantung kesepakatan bersama dari setiap gereja. Tujuan diadakannya adalah untuk mempererat setiap individu dengan beribadah bersama. Selain itu para pelayan Tuhan yang hadir diajak memahami visi dan misi gereja secara lebih mendalam melalui penyampaian khotbah yang lebih fokus terhadap visi dan misi dari Tuhan.
  6. Konseling Kegiatan konseling dilakukan oleh hanya satu atau beberapa orang saja dengan bimbingan seorang atau dua orang pelayan Tuhan. Tujuan diadakannya konseling adalah untuk mencari jalan keluar dari permasalahan yang dialami umat yang bersangkutan.
Yunani “semeion” yang berarti tanda. Tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif, mampu menggantikan suatu yang lain (stand for something else) yang dapat dipikirkan atau dibayangkan. Dalam menganalisis sistem tanda pada bangunan peribadatan khususnya pada bangunan gereja Kristen, digunakan pendekatan dengan melihat suatu sistem tanda melalui teks dan kode yang merupakan metode analisis semiotika. Analisis teks dan kode ini digunakan karena desain arsitektur khususnya bangunan peribadatan memiliki banyak tanda didalamnya yang dapat dianggap sebagai sebuah teks, karena produk desain (bangunan) tersebut merupakan kombinasi elemen tanda-tanda dengan kode dan aturan tertentu, sehingga menghasilkan sebuah ekspresi bermakna dan berfungsi. Analisis ini didasarkan pada teori semiotika Saussure, Peirce dan Barthes. Teori Saussure menjelaskan bahwa tanda sebagai suatu kesatuan yang tak terpisahkan yaitu antara penanda (signifier) dan petanda (signified). Kemudian menurut teori Peirce tanda dikelompokan menjadi jenis, yaitu indeks (index), ikon (icon), dan simbol (symbol). Indeks adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petanda di dalamnya bersifat kausal. Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat keserupaan. Sedangkan simbol adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat arbiter. Sedangkan untuk menghasilkan makna yang bertingkat, menurut Barthes tanda dibagi menjadi tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti.

Penggunaan tanda pada bangunan gereja Kristen banyak sekali menggambil simbol-simbol yang terdapat dalam Alkitab. Simbol yang lazim digunakan dan menjadi simbol agama Kristen adalah Salib, sebuah simbol yang bermakna penebusan dosa umat manusia. Selain itu salib juga sebagai ikon yang memperlihatkan bentuknya sebagai sebuah tanda salib (persilangan garis vertikal dan horizontal) dan secara indeks menunjukan makna ibadah Kristiani yaitu hubungan horizontal-antar jemaat dan hubungan vertikal-antara jemaat dengan Tuhan. Salib tersebut juga menjadi indeks yang menunjukan bentuk memusat, yaitu bentuk perkumpulan jemaat Kristen di dalam satu Tubuh Kristus.

Bentuk tanda yang lain yang biasa terdapat pada bangunan gereja Kristen adalah penggunaan cahaya, baik cahaya alami yang masuk ke dalam bangunan, maupun cahaya buatan yang dibuat memancar pada suatu area. Cahaya tersebut merupakan tanda yang menyimbolkan kehadiran Tuhan, terang Tuhan. Selain itu cahaya juga sebagai indeks yang menunjukan rahmat dan berkat Tuhan yang dicurahkan kepada umatNya. Hampir pada semua bangunan gereja, cahaya memegang peranan penting yang selain memiliki makna simbolik cahaya juga dapat menentukan dan mengarahkan suasana yang ada pada bangunan tersebut. Intensitas cahaya mengandung simbol yang dapat mempengaruhi aktivitas. Dengan penataan posisi dan Penggunaan tanda yang juga biasa terdapat pada bangunan gereja Kristen adalah penggunaan warna-warna sebagai tanda yang memiliki makna-makna religius didalamnya. Warna sebagai pembentuk karakter ruang dan elemen-elemen bangunan tersebut biasa diperkuat kesannya dengan penggunaan dan penataan cahaya serta permainan tekstur yang melapisi permukaan bidang tersebut. Setiap warna mengandung makna yang berbeda dan dengan penerapan-penerapan warna tersebut pada elemen bangunannya maka selain warna tersebut memiliki makna, warna tersebut juga memperkuat makna yang ingin disampaikan pada elemen-elemen bangunan yang juga menjadi tanda pada bangunan tersebut. Warna sangat berperan penting dalam penyampaian suatu pesan, karena warna itu juga merupakan tanda yang kemudian diterima oleh setiap orang sebagai sebuah sensasi yang menjadikan warna tersebut memiliki kesan. Warna dalam desain memiliki pengaruh yang kuat pada perasaan dan emosi penggunanya. Dan tidak menutup kemungkinan bahwa keadaan fisik penggunapun dapat dipengaruhi oleh warna-warna tertentu yang terdapat pada ruang yang ditempatinya. Dari hal itu penggunan warna kemudian dimaksudkan dapat menciptakan suasana yang mendukung pemaknaan dari obyek yang diwarnainya maupun ruang dan lingkungan fisik disekitarnya.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Teori Gereja dan Iman Kristiani"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel